Kamis, 27 Desember 2007

Efek Penggunaan Media Dalam Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan komunikasi yang mencakup pada tingkat masyarakat luas, dilakukan dengan menggunakan media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dalam komunikasi massa media yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dibedakan menjadi dua, yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah dan buku. Sedangkan media elektronik antara lain film, komputer, televisi dan video recording. Media tersebut dapat diakses oleh seluruh masyarakat, sehingga pesan atau informasi yang disampaikan melalui media massa akan sangat berpengaruh pada masyarakat luas.

Pengaruh yang diberikan oleh media massa mencakup pada individu, masyarakat dan juga kelompok. Di dalamnya terdapat aspek-aspek yang bermanfaat bagi masyarakat, maupun aspek-aspek yang merusak nilai dan norma masyarakat. Pangaruh yang diberikan oleh media massa dapat pula mempengaruhi pola sikap, perilaku dan bahkan pada cakupan yang lebih luas media massa dapat mempengaruhi sistem-sistem sosial maupun budaya masyarakat.

Efek media massa dapat dirasakan oleh seseorang dalam waktu yang relatif singkat, sehingga dapat mempengaruhi seseorang dalam waktu yang cepat pula. Namun terkadang efek media massa baru dapat dirasakan pada waktu yang relatif lama, sehingga perubahan-perubahan atau pengaruh yang dirasakan oleh seseorang akan terasa setelah beberapa waktu. Hal tersebut dikarenakan adanya efek media massa yang terjadi dengan sendirinya atau disengaja maupun dengan tidak disengaja.

Contoh efek media massa yang terencana dan memiliki efek yang relatif singkat adalah kampanye media seperti iklan. Pada tayangan iklan penonton akan digerakkan minatnya untuk membeli suatu produk dan kemudian diarahkan untuk membeli produk dengan merek tertentu. Setelah menyaksikan iklan tersebut maka akan timbul efek tertentu, misalnya keinginan untuk membeli maupun keengganan untuk membeli produk yang diiklankan tersebut.

Tayangan iklan yang ditampilkan di televisi kini seolah telah menguasai pikiran manusia dengan cara membangun teater dalam pikiran manusia. Contohnya pada iklan produk kecantikan yang menawarkan solusi untuk menghilangkan kerutan pada wajah dan mencerahkan sekaligus memutihkan wajah. Dalam tayangan tersebut digambar betapa mudahnya mendapatkan wajah yang putih, segar dan tanpa kerutan hanya dengan waktu yang relatif singkat. Namun, pada kenyataanya untuk mendapatkan wajah yang putih, segar dan tanpa kerutan tidaklah semudah itu. Gambaran tersebut hanya realitas yang di bangun oleh iklan dalam media televisi untuk menjelaskan betapa hebatnya sebuah produk, sehingga penonton akan mengambil kesimpulan bahwa jika ia menggunakan produk tersebut akan menjadikan wajahnya berubah menjadi lebih putih, segar dan tanpa kerutan.

Jadi, relitas iklan televisi hanya ada dalam televisi. Realitas itu di bangun berdasarkan pada gambaran realitas seorang copywriter dan visualiser tentang citra produk yang akan ditampilkan. Namun ketika tayangan iklan tersebut sudah berakhir gambaran mengenai iklan tersebut masih ada dalam pikiran penonton, sehingga akan mempengaruhi pola pikir masyarakat. Dengan adanya tayangan iklan yang begitu banyak dan dikemas secara menarik sekaligus tampak begitu menjanjikan, maka akan menimbulkan minat untuk membeli produk yang diiklankan. Meskipun terkadang produk yang diiklankan bukan merupakan kebutuhan pokok. Sehingga dalam masyarakat akan muncul suatu gaya hidup yang baru yaitu gaya hidup konsumtif.

Sedangkan contoh efek media massa yang tidak dikehendaki dan berjalan dalam waktu lama adalah tayangan yang berbau kekerasan seperti sinetron laga. Dengan adanya tayangan tersebut masyarakat memang tidak akan secara langsung mengikuti tindakan tersebut. Tetapi dalam waktu yang lama dan tanpa disadari, acara tersebut dapat menciptakan suatu jalan keluar bagi penonton ketika dihadapkan pada masalah yang sama seperti yang ditampilkan pada sinetron tersebut. Sehingga sering dijumpai di dalam masyarakat adanya tindakan main hakim sendiri jika daerahnya terjadi kasus pencurian. Padahal tindakan tersebut tidak boleh dilakukan dan bertentangan dengan hukum yang berlaku.

Dua contoh diatas memang sering terjadi akibat tayangan televis. Ternyata televisi membawa banyak pengaruh bagi individu maupun masyarakat. Kini tayangan televisi yang berbau horor sedang digemari oleh masyarakat bahkan kini para produser film beramai-ramai membuat film horor demi merauk rupiah yang banyak. Namun, sepertinya para produser film dan stasiun-satsiun televisi seolah kurang memperhatikan efek negatif dari tayangan yang berbau horor.

Tayangan horor dapat mempengaruhi sikap dan bahkan mengubahnya. Tayangan horor dapat membentuk sikap penakut bagi anak-anak yang menyaksikanya, sikap itu akan dibawanya hingga dewasa. Jika sikap tersebut dibiarkan terus maka dapat menimbulkan paranoid (ketakutan yang berlebihan pada suatu hal).

Selain tayangan horor, tayangan film-film kartunpun dapat membawa dampak yang negatif bagi masayarakat, khususnya pada anak-anak. Tayangan kartun yang banyak menampilkan tingkat imajinasi tinggi, kadang membuat anak-anak sulit membedakan mana yang nyata dan mana yang hanya ada dalam imajinasi. Pernah terjadi satu kejadian yang mengejutkan ketika ada anak yang menirukan gaya Doraemon dan Nobita terbang dengan baling-baling bambu. Anak itu mencoba meniru adegan tersebut dengan melompat dari almari, hasinya anak tersebut terjatuh dan mengalami cidera. Sebenarnya film kartun ini dibuat agar menjadi sebuah hiburan bagi masyarakat, namun ternyata di dalamnya terdapat efek yang tidak dikehendaki seperti yang telah dijelaskan diatas.

Disamping itu tayangan film-film yang berasal dari barat biasanya sering menampilkan adegan-adegan yang tidak sopan, seperti berciuman dan berpelukan di depan umum juga sangat mempengaruhi masyarakat dalam pola fikir dan perilaku mereka. Kini dikalangan anak muda telah muncul anggapan bahwa adegan yang ada di film menjadi suatu hal yang lumrah. Padahal adegan tersebut sangat bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku.

Masuknya film-film barat ke Indonesia juga dapat melunturkan kebudayaan dan identitas nasional. Karena dalam setiap tayangan film tersebut digambarkan pula tentang gaya hidup dan budaya yang mereka miliki. Sehingga masyarakat akan menganggap bahwa gambaran yang seperti itu adalah gaya hidup yang modern. Jika hal itu terus berlangsung, maka lama-kelamaan rasa cinta tanah airpun akan ikut memudar juga.

Jika dirinci lebih lanjut, maka efek media massa bagi kehidupan masyarakat sebagai berikut:

- Terjadinya perilaku imitasi (perilaku meniru) terhadap hal-hal yang baru, padahal belum tentu apa yang ditiru itu baik dan sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.

- Terjadinya penyebaran budaya global yang menyebabkan masyarakat berubah dari tradisional ke modern. Disamping itu dengan penyebaran budaya global dapat melunturkan berbagai bentuk kesenian dan budaya nasional. Penyebaran budaya global juga dapat membentuk suatu gaya hidup baru dalam masyarakat, yaitu gaya hidup konsumtif dan gaya hidup yang serba bebas. Misalnya melalui pemberitaan yang berbau porno menyebabkan lunturnya norma-norma dalam masyarakat, khususnya norma yang mengatur aturan pergaulan antar lawan jenis. Sekarang dengan adanya tayangan yang berbau porno dapat menimbulkan pergaulan bebas dan seks sebelum menikah.

- Efek media massa yang terkadang secara tajam menyoroti seseorang dapat merusak nama baik orang yang diberitakan tersebut dan dapat pula menimbulkan pembunuhan karakter.

Meskipun demikian penggunaan media massa dalam proses komunikasi massa akan sangat membantu mempercepat peyaluran informasi atau pesan. Penggunaan media massa juga akan menunjang dalam menyediakan hiburan, mengintegrasikan masyarakat dan dapat pula dijadikan sebagai media pembelajaran.

Untuk menanggulangi efek negatif dari media massa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

- Masyarakat sebaikanya harus bersikap realistis terhadapa semua tayangan yang ada di media massa baik media cetak maupun elektronik. Masyarakat harus dapat membedakan mana yang benar-benar nyata dan mana yang hanya merupakan imajinasi belaka.

- Masyarakat harus dapat bersikap bijak menyikapi segala macam pesan maupun informasi yang ditayangkan melalui media massa. Misalnya bersikap bijak dalam menyikapi iklan-iklan yang menawarkan berbagai keunggulan suatu prodak dan harga yang menggiurkan. Sehingga dengan berlaku bijak akan dapat menghindarkan perilaku konsumtif.

- Sebaiknya damping anak ketika sedang menyaksikan tayangan televisi apapun. Sehingga jika ada hal-hal yang kurang sesuai dengan perkembangan anak orang tua dapat mematikan atau mengganti saluran televisi. Selain itu orang tua juga dapat memberikan pengarahan dan bimbingan ketika menonton televisi.

- Fungsi dari lembaga sensor film harus lebih di tingkatkan, agar adegan-adegan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarkat dapat dihilangkan.

- Sebaiknya para produser film maupun sinetron bukan hanya mengejar keuntungan saja, alangkah lebih baiknya jika para produser lebih berorientasi untuk mendidik masyarakat. Agar tayangan yang dibuat memiliki mutu yang tinggi.

- Menumbuhkan kembali sikap cinta tanah air, agar pengaruh masuknya budaya asing tidak akan melunturkan kebudayaan dan identitas nasional.

Tidak ada komentar: